Petani yang baik selalu mencatat semua hal yang
terkait dengan usahataninya, terutama dalam kaitannya dengan semua kebutuhan
input produksi dan prakiraan hasil panen yang akan didapat. Terlebih lagi pada sistem
pertanian yang intensif dewasa ini, setiap penambahan input produksi harus
dipertimbangkan peranannya dalam peningkatan hasil panen. Oleh karena itu
prakiraan hasil panen perlu dibuat. Selain itu prakiraan hasil panen diperlukan
untuk menentukan kapasitas alat pengering, kapasitas penyimpanan dan kebutuhan
pasar.
Prakiraan hasil secara akurat memang sulit dilakukan
di lapang, namun estimasi dapat dilakukan dengan metode percontohan (sampling).
Cara ini dapat digunakan dengan mudah pada tanaman ubi-ubian, dimana denpn mengetahui
(mencabut) berat umbi per tanaman dan populasi tmaman per hektar, maka hasil
panen per hektar dapat dihitung dengan mudah.
Perkiraan hasil panen dalam aplikasinya sangat
mempengaruhi tingkat keputusan manajemen pertanian, seperti aplikasi pupuk,
penyaluran air, dan dapat menghitung pendapatan hasil pertanian. Oleh karena
itu, masing-masing petani dan manajer pertanian pada tingkat kabupaten banyak
yang menunjukkan minat
besar untuk dapat memproduksi cepat dan dapat
melakukan estimasi hasil panen dengan akurat, baik lokal maupun regional.
Standar analisis estimasi hasil yang dilakukan sebelumnya dicakup dalam
analisis panen dalam plot contoh acak tanah saat panen (Murthy et al., 1996
dalam Van Niel dan McVicar, 2001), atau dengan model regresi meteorologi dengan
menggunakan data curah hujan dan data panen sebelumnya (Karimi dan Siddique,
1992 dalam Van Niel dan McVicar, 2001). Namun demikian, metode-metode ini
sering menghasilkan hasil yang tidak baik dan tidak akurat baik dari segi waktu
maupun secara spasial. Meskipun masih digunakan, namun metode ini dapat
digantikan dengan estimasi hasil panen dengan menggunakan teknologi
penginderaan jauh, dikarenakan kemampuan teknologi ini dapat memproduksi hasil
yang cepat dan mempunyai keakuratan dari aspek spasial.
Dengan menggunakan teknologi ini, maka estimasi hasil
panen dapat diketahui lebih awal satu sampai tiga bulan sebelum panen. Aplikasi
semacam ini pernah dilakukan oleh Rasmussen (1997) dalam Van Niel dan McVicar
(2001) yang memprediksi hasil pertanian millet di Senegal dengan menggunakan
data NOAA-AVHRR. Namun, terdapat beberapa kendala dalam estimasi hasil panen
semacam ini, yaitu terbatasnya data dengan kondisi fisiologi relatif tetap
antar waktu, serta kondisi lingkungan sekitar seperti tanah (umumnya dikenal
dengan istilah soil background problems).
0 komentar:
Posting Komentar